-
26 May
-
Beradu Cepat dengan Ambulans 112
Sempat meragukan pelayanan gawat darurat milik Pemerintah, Denny Rusli justru berbalik kagum atas pelayanan ambulans Pemda DKI.
Pagi itu aktivitas Denny berjalan seperti biasa mulai dari mengantar anak sekolah hingga menuju kantor untuk bekerja seperti biasanya. Baru saja pulang dari sekolah anaknya, telepon bordering mengabarkan Bapak mertua yang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Di rumah Bapak mertua hanya ada dua orang saudara perempuan yang sangat tergantung pada Denny. Rumah Denny sendiri di Gunung Sahari berjarak sekitar 5-6 km dari rumah mertua di kawasan Karang Anyar, Sawah Besar dan butuh waktu sekitar 15 menit untuk tiba di sana.
Denny mencoba tenang, mau tidak mau pekerjaan harus ditinggalkan sementara. Kalau Ia langsung pergi kesana, ia pun tidak dapat berbuat banyak. Pertolongan harus segera dicari ditengah kemacetan pagi ini karena lalu lintas orang-orang yang berangkat kerja. Ia pun mencoba menghubungi no 021-65303118 yang memang sejak dulu tersimpan di telepon genggamnya. Tidak banyak berharap, namun minimal, sudah berusaha mencari pertolongan pertama dari pihak medis, begitu pikir Denny.
Denny tidak tahu ternyata Ia terhubung dengan Panggilan Gawat Darurat 112 Jakarta sebagai pool seluruh nomer emergency di Jakarta. Di ujung telepon, dalam waktu yang singkat petugas menerima dengan baik laporan Denny dan diminta menunggu saja di lokasi. Denny tidak berharap bantuan akan datang dalam waktu cepat namun Ia bergegas menyalakan motornya, melaju ke rumah mertua melintasi kemacetan Jakarta.
Keluarganya menyadari di usia yang ke 80 dengan kesehatan yang tidak lagi prima karena stroke, Bapak mertua memang perlu pertolongan pertama jika terjadi sesuatu. Sayangnya, hal ini sempat terabaikan.
Dalam kemacetan, Ia berpapasan sebuah mobil ambulans membunyikan sirene. Searah dengan perjalanan Denny sendiri. Namun karena lalu lintas yang ramai dan ambulans yang berjalan begitu cepat, Ia sama sekali tidak berpikir itu adalah ambulans yang beberapa menit lalu Ia hubungi.
Denny tiba di jalan perumahan mertuanya dalam waktu sekitar 20 menit. Di depan gang, terparkir sebuah ambulans. “Wah, siapa lagi nih yang sakit” begitu pikir Denny. Ternyata petugas dan paramedis ambulans itulah yang sudah bekerja di rumah orang tuanya. “Cepat sekali mereka tiba, padahal saya menggunakan motor yang sudah menyusup di tengah kemacetan” lanjut Denny.
Satu orang petugas ternyata sudah ada di dalam rumah memberikan bantuan pertama. Satu orang lagi kemudian menyusul membawa oksigen dan peralatan yang sudah disiagakan di mobil. Tubuh Bapak mertua yang terbujur dipompa hingga 30 menit. Denny dan keluarga harap-harap cemas akan kondisi Bapak. Doa-doa pun dipanjatkan untuk memohon yang terbaik untuk Bapak.
Denny mengamati, pertugas yang datang ini sangat profesional. Mereka bekerja dengan rapih dan sesuai standar. Denny sangat paham soal ini, karena ini pun berkecimpung di bisnis kesehatann.
Setelah sekitar satu jam, petugas menyatakan Bapak mertua tidak tertolong. Suasana tiba-tiba hening, namun Denny dan saudara-saudaranya tetap bersyukur setidaknya mereka sudah berbuat semaksimal mungkin. Petugas 112 meminta Denny mencari dokter untuk membuat pernyataan kematian, karena mereka sendiri tidak memiliki wewenang untuk itu.
Di akhir pekerjaannya, petugas 112 pun pamit. Tidak serupiah pun dibebankan ke keluarga Denny. Padahal Denny tahu, perlengkapan yang digunakan tidak murah harganya. Diberi tips pun mereka tidak berkenan. Sungguh sebuah pengabdian.
- 26 May, 2017
- 168Solution Public Class