-
24 Feb
-
Bertarung dengan Sarang Tawon
Apa jadinya jika di rumah kita bersarang tawon dengan sengatan berbahaya, berkembang biak dan memiliki sarang nyaris seluas pintu rumah? Itulah yang dialami Rosalinde Tandaow, seorang Ibu Rumah Tangga warga Cipinang, Jakarta Timur.
Kalau saja tetangganya tidak menginformasikan ada sarang tawon berukuran mega di lantai paling atas rumahnya, mungkin hingga kini tawon-tawon yang dapat menyengat manusia itu masih terus berkembang dan bersarang dengan nyaman. Bagian paling atas rumah Rosalinde, memang hampir tidak pernah ditengok. Penghuninya hanya 2 toren besar untuk menampung keperluan air keluarga. Jalan menuju loteng itu pun sempit dengan tangga yang lumayan curam, namun posisinya sangat strategis terlihat dari lantai atas rumah tetangga.
Kamar paling atas ditempati salah satu anggota keluarga, memang beberapa waktu terakhir sering ada satu dua ekor tawon yang melintas. Namun itu diabaikan saja oleh mereka. Hingga laporan tetangga tadi, membuat Rosalinde yang akrab disapa Elin iseng mengecek keberadaan sarang tawon itu. Bukan kaget saja, tapi tiba-tiba saja Elin merasa ngeri, melihat luar biasa besar ukuran sarang tawon itu. Sama sekali jauh dari kumparan sarang tawon berbentuk silinder yang selama ini sering kita lihat.
“Sudah besar sekali, hingga membentuk seperti apartemen tawon” ujar Rosalinde.
Meskipun sebagian orang bilang, adanya sarang tawon di rumah menjadi pertanda rejeki, namun bagi Elin, ini masalah keselamatan anggota keluarga. Ngeri saja membayangkan tawon-tawon itu masuk ke dalam rumah dan menyengat penghuni rumah. Apalagi tidak jauh dari rumahnya ada Taman Kanak-Kanak.
Untuk membereskan sendiri jelas Elin tidak sanggup. Naik ke loteng saja membutuhkan kemampuan dan fisik yang prima, apalagi harus ‘bertarung” dengan kerajaan tawon tanpa persiapan khusus. Menghungi Pest Control mungkin bisa jadi alternatif, tapi biayanya pasti cukup mahal. Kalau menyuruh orang biasa tanpa skill khusus, wah rasanya juga tidak mungkin.
Sebagai warga Jakarta, Ia tahu Pemda DKI punya banyak kanal pengaduan. “Tapi apa iya, saya bisa melaporkan urusan tawon ini ke mereka”, begitu pikir Elin. Sudah lama memang Elin, terdaftar sebagai pengguna Qlue. Ya, iseng saja mencoba, katanya. Kali-kali saja suatu saat berguna. Sayangnya, dulu Elin merasa kurang puas karena ada pengaduannya soal sampah yang direspon kurang optimal oleh Pemda DKI.
Tapi dicoba toh, tidak ada salahnya. Dan sore itu Elin pun membuka kembali aplikasi Qlue, tanpa berharap direspon cepat dan sigap. Siapa sangka, kurang dari sejam, respon Qlue sudah masuk berkali-kali. Bahkan petugasnya mengatakan, mereka akan langsung melakukan eksekusi malam itu juga. Sedikit menawar, Elin meminta besok pagi saja dengan alasan sudah gelap dan naik ke loteng juga lumayan sulit. Namun petugas dari Pemda DKI yang digawangi oleh Dinas Pemadam Kebakaran mengatakan justru lebih cepat lebih baik. Belakangan Elin baru menyadari, memang lebih baik dilakukan malam hari. Selain menghindari kerumunan massa yang menonton, juga menghindari larinya tawon-tawon itu ke sekolahan di dekat rumah.
Sebelum tiba di lokasi, petugas menanyakan berapa panjang diameter sarang tawaon yang akan dibasmi. Elin pun bingung menggambarkan, karena sarang itu tingginya benar-benar hampir menyamai pintu rumah. Maksud Bapak petugas mungkin agar mereka bisa memprediksi alat-alat yang dibutuhkan dan berapa personil yang harus diterjunkan.
Dua puluh menit setelah pembicaraan per telepon, petugas pun datang. Setengah tidak percaya mereka melihat sendiri besarnya sarang tawon di rumah Elin. Dengan atribut lengkap, mereka pun mulai berbagi tugas. Tiga orang diturunkan langsung ke sarang tawon. Tampak persiapan yang profesional dilakukan oleh tim. Bukan mudah menyelinap masuk ke loteng yang sempit dengan baju tebal, anti sengat dan peralatan semprot di tangan. Sebelum eksekusi, doa yang khusyuk pun dilakukan. Dua orang lagi menunggu di bawah, salah satunya sembari memberi komando. Sebelumnya, seluruh celah rumah yang menghubungkan lantai atas dan rumah inti ditutup untuk menghindari larinya tawon-tawon ke dalam rumah.Terus terang, Elin dan keluarga menunggu dengan harap-harap cemas di bawah. Dan bagi Tim Qlue sendiri, pengalaman memberantas sarang tawon sebesar ini, memang baru kali ini saja. Total hingga hampir 1 jam eksekutor bekerja, hingga akhirnya satu orang turun dengan sedikit sempoyongan disusul dua orang lagi. Segelas susu penawar racun pun telah disiapkan oleh Elin. Anggota tim yang lain turut membantu mereka yang sudah membumihanguskan sarang tawon itu. Baju tebal yang berat, masker dan sepatu bot-nya pun mulai dilucuti.
Satu tugas telah selesai. Wajah-wajah lelah tergambar, namun kepuasan menyeruak di hati mereka. Kelegaan tampak di raut wajah Elin. Entah bagaimana harus berterima kasih, karena semua yang dilakukan oleh Qlue ini gratis alias tanpa biaya seperak pun.
Sebagai bentuk apresiasi, Elin hanya menyebarkan rasa terima kasih melalui akun sosial media-nya. Bukan sekedar pamer, namun juga sebagai informasi agar lebih banyak masyarakat Jakarta yang sadar, bahwa ada pelayanan yang diberikan tanpa pamrih untuk warga Jakarta.
- 24 Feb, 2017
- 168Solution Public Class